SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT
TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN PADA MANUSIA


Abstraksi

Perkembangan dunia medis terkini banyak menggunakan komputer
untuk membantu diagnosis  maupun pencegahan dan penanganan
sutau penyakit. Penelitian ini bertujuan menyusun sebuah sistem
pakar yang digunakan untuk diagnosis penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan, dimana pengguna bisa mendiagnosis sendiri berdasar
gejala yang dirasakannya.

Representasi pengetahuan yang digunakan pada penelitian ini adalah
production rule. Metode inferensi yang dipakai untuk mendapatkan
konklusi menggunakan penalaran maju, dan platform yang digunakan
adalah sistem berbasis web.

Hasil yang dicapai sudah cukup baik, tetapi penelitian ini belum
memasukkan certainty factor untuk menentukan keakuratan hasil
diagnosis. Daftar gejala yang ditampilkan juga perlu divalidasi
sehingga bahasa yang digunakan dapat dengan mudah dipahami oleh
orang diluar bidang medis.

Kata kunci: Sistem pakar, THT, penalaran maju, diagnosis

   66
Pendahuluan

Penyakit telinga, hidung, tenggorokan merupakann penyakit yang
banyak dijumpai di Indonesia. Bagi sebagian orang banyak yang
tidak mengetahui gejala–gejala penyakit telinga, hidung,
tenggorokan. Dengan mengunakan  sistem pakar kita bisa
mendiagnosa penyakit telinga, hidung, tenggorokan dengan melihat
ciri–ciri yang dapat menjelaskan dan menggambarkan apakah
seseorang terkena salah satu penyakit telinga, hidung, tenggorokan
atau tidak
Mengingat begitu banyak permasalahan mengenai penyakait telinga
hidung dan tenggorokan maka penelitian hanya membatasi pada
ruang lingkup.
1.  Penyakit yang di diagnosa hanya pada tenggorokan
2.  Cara akusisi pengetahuan dilakukan dengan pencarian
sumber pengetahuan di internet dan buku yang
disusun oleh seorang pakar.
3.  Metode resprensentasi pengetahuan yang dipilih
production rule.
4.  Inferensi aturanya mengunakan pelacakan ke depan
(forward chaining).
5.  Tidak membahas faktor kepastian (certain factor).

Pembahasan
1.  Penyusunan Basis Pengetahuan
Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit telinga, hidung
dan tenggorokan pada manusia ini membutuhkan pengetahuan
dan mesin informasi untuk mendiagnosa penyakit yang dialami
pengguna. Basis pengetahuan ini berisikan faktor-faktor yang
dibutuhkan oleh sistem. Sedangkan mesin inferensi digunakan   67
untuk menganalisa faktor-faktor yang dimasukan pengguna
sehingga dapat ditemukan suatu  kesimpulan basis pengetahuan
yang diperlukan sistem terdiri dari gejala penyakit, jenis penyakit
dan terapi. Data yang menjadi input sistem adalah data gejala
yang dapat dari pemeriksaan yang dilakukan oleh para medis.
Data tersebut digunakan oleh sistem untuk menentukan jenis
penyakit yang diderita pasien. Pembentukan aturan gejala
penyakit dari ini ditunjukan pada tabel 1.

Tabel 1. Aturan Gejala Penyakit
NO Aturan
1
If Sukar menelan  And  Sesak napas timbul bila sudah
meluas sampai ke daerah hipofaring And Stidor inspirasi
akan timbul bila anak dalam posisi tidur terlentang  And
Pada pemeriksaan fisik tampak didnding belakang faring
menonjol  And Pada perabaan teraba lunak  And Pada
pemeriksaaan foto jaringan lunak leher AP lateral tampak
banyak radiolusen ndi daerah prevertebra  Or Rasa nyeri
pada leher  Then Abses retrofaring

2
If Pembengkakan di daerah sekitar angulus mandibula And
Leher terasa panas  And Pembengkakan dinding lateral
faring kea rah medial And Sukar menelan akibat adanya
pembengkakan di daerah faring Or Rasa nyeri pada leher
Then Abses parafgaring
3
If Demam tidak tinggi And Badan lemah And Tidak nafsu
makan  And Nyeri Kepala  And Nyeri Tenggorokan  And
Kadang-kadang terdapat pembengkakan kelenjar leher And
Suara parau And Stridor serta gejala sumbatan laring And
Pada pemeriksaan tampak selaput keabuan mudah berdarah
di tonsil Then Radang Difteri Faring.
4
If Demam tinggi sampai 39 derajat celcius  And Batuk
menggonggong  And Stridor serta gejal sumbatan laring   68
And Pada pemeriksaan faring tampak tonsil dan faring
hipremis  And Pada pemeriksaan laringoskopi langsung
tampak laring ebema, hiperemis tidak berselaput Or Suara
parau Then Laringtis akut ( Radang non difteri )
5
If  Stidor sejak lahir And Cekungan-cenkungan lebih jelas
ketika menangis And Kadang-kadang sukar untuk menetek
And Pada laringoskopi tampak pada waktu inspirasi
epiglottis  And aritenoid melekuk tampak kolaps  And
Keadaan umum anak lemah dah pucat Then Laringmalasia
(kelain kongenial laring)

Basis aturan dalam permasalahan ini merupakan
kumpulan kaidah-kaidah yang saling berhubungan satu sama lain.
Kaidah-kaidah atau aturan –aturan ini direpresentasikan dalam
penyakit bentuk persyaratan IF – Then. Pernyataan ini
menghubungkan bagi premios (IF) dan bagian kesimpulan
(Then). Apabila premis dalam aturan produksi dapat memiliki
lebih dari suatu proposisi,  proposisi-proposisi tersebut
dihubungkan dengan menggunakan operator logik AND .
Data-data yang menjadi output bagi sistem adalah data
jenis penyakit menyediakan data  terapi dan pencegahan. Aturan
jenis penyakit menyediakan tentang jenis-jenis penyakit telinga,
hidung dan tenggorokan. Pembentukan aturan jenis penyakit
tenggorokan ditunjukan pada tabel 2.

Tabel 2 Tabel Penyakit Tenggorokan
NO Penyakit Deskripsi / Keterangan
1  Abses Retrofaring
Lebih sering ditemukan pada anak
usia 3 bulan – 5 tahun, karena
pada usia tersebut di daerah
retrofaring terdapat 3-5 kelenjar
limfa. Abses ini sering terjadi   69
saebagai dari infeksi saluran napas
bagian atas, trauma pada dinding
faring (misalnya tertusuk duri,
pada waktu adenoidektomi) sering
juga sebagai komplikasi
tuberklosis pada vertebra
servikalis atas.
2  Abses Parafgaring
Sering terjadi akibat tusukan
jarum atau pada waktu melakukan
tonsilektomi dengan analgesia
local. Penyebaran secara
hematogen dari infeksi tonsil,
gigi, faring, hidung, sinus
paranasal, mastoid dan vertebra
servikal.
3 Radang Difteri
Faring
Peradangan oleh kuman difteri di
laring merupakan lanjutan ndari
peradangan di tonsil dan faring,.
Sehingga diagnosis sebenarnya
ialah : tonsilofaringtis difteri.
4  Laringtis akut
( Radang non difteri
)
Peradangan non difteri pada
dewasa tidak merupakan keadaan
yang gawat. Pada anak laringtis
akut dan epiglotitis dapat
menyebabkan sumbatan laring
akut, yang bila tidak
ditenggulangi dengan cepat akan
menyebabkan kematian. Pada
anak laringtis akan menyebabkan
sumbatan laring, oleh karena
adanya edema laring.
5  Laringmalasia
 (kelain kongenial
laring)
Kelainan kongenital adalah
kelainan yang didapat sejak
lahir.
   70
Rancangan sistem ini tidak hanya berhenti pada
kemampuan mendiagnosa penyakit mengunakan aturan gejala.
Penelusuran dapat dilanjutkan untuk menelusuri saran terapi.
Apabila hasil dari melakukan sesi konsultasi berupa jenis
penyakit tertentu ditunjukan dalam hal ini tentu saja jenis
penyakit yang terdeteksi berkedudukan sebagai kesimpulan akhir.
Sedangkan saran terapi berkedudukan sebagai faktor. Aturan
terapi ditunjukan pada tabel 3

Tabel 3 Tabel aturan saran terapi
NO Terapi
1
If  Abses Retrofaring  Then  Bila tidak ada tanda-tanda
sumbatan jalan napas, dengan pertolongan laringoskop
dilakukan pungsi dan aspirasi yang dilanjutkan dengan
inisi  And Pus harus dihisap dengan baik supaya tidak
terjadi aspirasi  And Posisi pasien pada waktu tindakan
ialah baring secara trendelenburg. Tindakan ini dilakukan
dalam analgesia dapat juga dilakukan semprotan Xylocain
2%, dapat juga dilakukan dalam narcosis umum And Bila
ada tanda-tanda sumbatan jalan napas harus segera
dilakukan trakeostomi sebelum melakukan pungsi  And
Antibiotic diberikan dalam disis tinggi untuk kuman
aerob dan anaerob  And Bila penyebabnya tuberculosis
harus diberikan juga obat anti tuiberkulosa.
2
If Abses Parafgaring Then Melakukan eksplorasi untuk
mengeluarkan nanah secepat mungkin  And Untuk
melakukan eksplorasi harus dalam narcosis umum, maka
diperlukan trakeostomi sebelum melakukan eksplorasi
And Eksplorasi dilakukan dengan cara membuat insist
dapar diperluas secara tumpul And Insisi intra oral sering
juga dilakukan, dengan cara memakai klem arteri
panjang, ditusukan ke arah m.konstriktor faring, sehingga
masuk keruang prestiloid And Juga diberikan antibiotika   71
dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob.
3
If Radang Difteri Faring Then Tergantung pada stadium
sumbatan laringnya dilakukan pemantauan ketat, intubasi,
trakeostomi atau krikotirotomi yang ketat, intubasi,
trakeostomi atau krikotomi yang dilanjutkan bengan
trakeoostomi And ADS : 20 000 unit IM diberikan 2 hari
berturut-turut And Antibiotika : Penisilin 4 dd 50 mg / kg
berat badan / hari. Bila tidak tahan mka penisilin, dpat
diberikan kloramfenikol dalam dosis yang sama.
4
If Laringtis akut ( Radang non difteri ) Then Di berikan
antibiotika Kortikosteroid 1-2 mg/kg berat badan sehari,
setelah itu dosis diturunkan perlahan-lahan.  And Bila
tidak trdapat sumbatan laring stadium 3, maka tidak
dilakukan trakeostomi.
5
If  Laringmalasia (kelain kongenial laring)  Then  Tidak
diberikan terapi biasanya setelah berusia antara 2-5 tahun
stridor menghilang  And Bila terdapat gejala obstruksi
laring hebat dilakukan intubasi
dirawat uintuk memperbaiki gizi dan pengawasan ketat.

2. Metode Inferensi
Dalam sistem ini metode inferensi yang digunakan adalah
forward chaining karena proses yang dialami dengan
menampilkan gejala penyakit. Forward chaining digunakan untuk
menguji faktor-faktor yang dimasukan pengguna dengan aturan
yang disimpan dalam sistem satu demi satu hingga dapat diambil
satu kesimpulan forwad chaining. Berikut ini diberikan contoh
Graf Penelusuran Penyakit untuk 2 jenis penyakit:
a.  Abses Retrofaring
Graf penelusuran jenis penyakit abses retrofaring di
tunjukan pada gambar 3.1 mempunyai tujuh gejala
yang digunakan sebagai berikut.   72

Gambar 1 Graf  Abses Retrofaring

b.  Abses Parafgaring
Graf penelusuran jenis penyakit abses parafgaring di
tunjukan pada gambar 3.2 mempunyai lima gejala
yang digunakan sebagai berikut.

Gambar 2 Graf Abses Parafgaring
   73
Keterangan :
Gejala : 
G1 : Sukar menelan 
G2 : Sesak napas timbul bila sudah meluas
sampai  ke daerah hipofaring.
G3 : Stidor inspirasi akan timbul bila anak dalam           
                   posisi tidur terlentang
G04 : Pada pemeriksaan fisik tampak didnding  
                  belakang faring menonjol
G5 : Pada perabaan teraba lunak  
G6 : Pada pemeriksaaan foto jaringan lunak leher
AP lateraltampak banyak radiolusen ndi
daerah prevertebra
G7 : Rasa nyeri pada leher 
G8 : Pembengkakan di daerah sekitar angulus  
                  mandibula
G9 : Leher terasa panas
G10 : Pembengkakan dinding lateral faring kea rah 
                  medial 
G11 : Sukar menelan akibat adanya
pembengkakan di daerah faring
3. Perancangan Sistem.
Data Flow Diagram (DFD) merupakan gambaran sistem secara
logika. Gambaran ini tidak tergantung pada perangkat keras,
perangkat lunak, stuktur data atau organisasi file. Data flow
diagram menjelaskan terhadap user yang bagaimana fungsi-fungsi
sistem informasi secara logika akan bekerja.
   74
1.  Rancangan Data Flow Diagram.
a.  Data Flow Diagram (DFD) Level 0.
 

 



Gambar 3 Data Flow Diagram ( DFD ) Level 0

Pada gambar tersebut menerangkan bahwa sistem
berinteraksi dengan dua sumber data atau tujuan data,
yaitu pakar dan user.  Tandah panah menunjukan
masukan dan keluaran sistem. Seorang pakar atau
pemrogram memasukan basis pengetahuan ke dalam
sistem yang berupa gejala, penyakit dan solusi
pengendalian serta basis aturan. Sedangkan user
memasukkan gejala-gejala penyakit yang dideritanya.
Sistem akan memberikan hasil analisis kepada user
tersebut. Output yang dihasilkan atau hasil analisis
dari system tersebut berupa rincian gejala yang
diderita, nama penyakit dan solusi penggobatanya.

b.  Data Flow Diagram (DFD) Level 1.
Data flow diagram level 1 merupakan turunan
dari data flow diagram level 0 yang mengambarkan
aliran data dan detail proses-proses yang akan di
User
1
Implementasi
system pakar
Penyakit
teliga, hidung
dan
tenggorokan
Pakar   75
integrasikan ke dalam sistem seperti dilanjutkan pada
gambar 3.7

Gambar 4 Data Flow Diagram ( DFD ) Level 1
2.  Entity Relation Diagram (ERD)

Gambar 5 Entity Relation Diagram ( ERD )   76
Pengetesan Sistem
1.  Pengetesan Black Box
“Pengujian  black box berfokus pada persyaratan
fungsional perangkat lunak,  dengan demikian pengujian
memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan
serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan
semua persyaratan fungsional untuk suatu program” (Roger S.
Pressman, Phd. 2002.  Rekayasa Perangkat Lunak., Penerbit
Andi, hal 533. Yogyakarta).
Pada pengujian ini hanya diambil sebuah contoh fungsi
untuk mewakili dari fungsi-fungsi yang ada, yaitu fungsi input
data, edit data, hapus data, pada data penyakit.
a.  Fungsi Mengimputkan Data
Untuk menginputkan data maka terlebih dahulu kita
masuk ke halaman administrator dan masuk ke menu yang
kita tuju. Sebagai contoh, penulis memilih menu penyakit
sebagai uji coba.


Gambar 6. Cara Mengimputkan Data
   77
b.  Fungsi Mengubah Data
Untuk mengubah data, langkah-langkahnya hampir serupa
dengan fungsi menginputkan data, hanya saja seorang
admin cukup meng-klik menu “Edit” yang berada di sisi
kanan data yang bersangkutan.

Gambar 7 Edit Data

Setelah meng-klik menu edit, maka akan muncul form
edit data yang telah berisi data yang bersangkutan seperti
gambar

Gambar 8 Tampilan Edit Data

   78
c.  Fungsi Hapus Data
Untuk menguji fungsi menghapus data, penulis
mengambil sampel data yang sama untuk memudahkan
pengujian, perhatikan gambar berikut.

Gambar 9 Sebelum Dihapus

Setelah mengklik icon “X” maka data akan terhapus dan
data akan terlihas sebai berikut setelah data P001 dihapus.


Gambar 10 Sesudah Dihapus

   79
Penutup
Dari uraian bab-bab sebelumya,dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Bahwa Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Telinga, Hidung Dan
Tenggorokan ini telah mampu:
1.  Memberikan informasi kepada pemakai mengenai jenis
penyakit yang dideritanya (diagnosa awal) berdasarkan
gejala-gejala yang diberikan.
2.  Memberikan informasi tentang terapi yang bisa
menyembuhkan.
3.  Data yang terdapat pada program aplikasi dapat di update
atau di tambah jika  ditemukan data yang baru.


Daftar Pustaka
Castagnetto Jesus dkk, 1999, Professional PHP Programming, Wrox
Press Ltd, USA.
Efraim Turban, Jay E.Aronson, Ting Peng Liang, 2005,  Decision
Support Systems and Intelligent System (Sistem Pendudukung
Keputusan dan Sistem Cerdas), Edisi 7, Jilid 2, C.V Adi
Offset (Andi), Yogyakarta.
Fathansyah, 1999, Basis Data, Edisi Pertama, CV. Informatika
Bandung
Jogiyanto, H., 1993,  Analisis dan Desain Sistem Informasi, Andi
Offset, Yogyakarta.
Kusrini, S.Kom, 2006, Sistem Pakar Teori dan Aplikasi, Andi Offset, 
Yogyakarta.
Muhammad  Arhami, 2005,   Konsep dasar sistem pakar, Andi
Yogyakarta.   80
Pew, John  A., Instan  Java Edisi  Bahasa  Indonesia,  Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Prof. Dr. Hj. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT , Dr. Helmi, Sp.THT, Mars,
2004,  Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat Telinga
Hidung Tenggorok, Balai Penerbit FKUI Jakarta.
Purbo, W.O., 2000,  Membangun Web E-Commerce, elex media
komputindo.
Roger S. Pressman, Phd. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak. Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Sandi Setiawan, 1993, Artificial Intelligence, Andi Offset,
Yogyakarta.
Sutanta, E ., 1996,  Sistem Basis Data : Konsep dan Perancangan
Dalam Sistem Informasi Manajemen, Edisi I, Andi Offset,
Yogyakarta.
Wijela, R.M, 2000, Internet dan Intrnet, Dinastindo, Yogyakarta.
www.medicastore.com









 
Diposting oleh Unknown

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2010 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2010 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2010 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. Provided By Free Website Templates | Freethemes4all.com
Free Website templatesFree Flash TemplatesFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates